Sejarah Lampung dimulai sejak Zaman Hindu Animis yang berlangsung sampai dengan awal abad ke XVI. Sistem kebudayaan yang berasal dari luar termasuk Hindu dan Budha, turut mewarnai tetapi yang dominan adalah tradisi asli dari zaman Malayo –Polynesia. Daerah Lampung telah lama dikenal orang luar pada permulaan tahun masehi sebagai tempat orang-orang lautan mencari hasil hutan, terbukti dengan diketemukannya berbagai bahan keramik dari zaman Han (206 – 220 SM) dan akhir zaman Han (abad ke II s.d. ke VII) juga di zaman Ming (1368 – 1643).
Menurut berita dari negeri China (china cronicle) abad ke VII, dikatakan bahwa di daerah selatan (Namphang) terdapat kerajaan yang di sebut Tolang p’ohwang (to=orang;Lang P’ohwang = Lampung).
Penemuan peninggalan - penemuan sejarah atau budaya dalam bentuk patung-patung, pahatan bercorak megalitik terdapat disekitar Purawiwitan, Sumberjaya, Kenali, Batubedil dan Kecamatan Jabung.
Pada daerah-daerah tertentu terdapat peninggalan yang menunjukan bahwa Lampung berada di bawah Kerjaan maritim terbesar kala itu, Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Batu Bedil di daerah Tanggamus merupakan peninggalan Kerajaan Sri Wijaya pada sekitar abad VIII. Kerajaan-kerajaan Tulang Bawang dan Skala Brak diduga pernah berdiri pada sekitar abad VII – VIII. Pusat Kerajaan Tulang Bawang diperkirakan disekitar Menggala/ Sungai Tulang Bawang sampai Pagar Dewa.
Zaman Islam di tandai dengan masuknya pegaruh Banten di Lampung pada abad XVI, terutama saat bertahtanya Sultan Hasanuddin (1522 – 1570). Pada masa ini ( abad ke XVII), Lampung melahirkan Pahlawan yang terkenal gigih menentang penjajah Belanda, bernama Radin Intan. Pengaruh Islam terlihat diantaranya dari adanya Tambra Prasasti (Buk dalung) di daerah Bojong Kecamatan Jabung sekarang, berisi perjanjian kerjasama antara Banten dan Lampung dalam menghadapi penjajah Belanda.
Pendapat lain menyatakan bahwa masuknya agama Islam yang pertama kali adalah dari Sumatera Barat pada abad XIV sampai XV. Sebelum Islam masuk penduduk menganut Hindu Budha dan pemujaan ruh nenek moyang dan Sinkretisme.
Bogher fc88
Tidak ada komentar:
Posting Komentar